Situs Megalit di Sulawesi Tengah sebagai Sumber Belajar Sejarah
Nama : ABD.WARIS
NPM : 239015485006
Bidang Studi : Sejarah
Megalitikum merupakan sebutan untuk istilah kebudayaan untuk batu besar pada zaman prasejarah. kebudayaan megalitikum bukanlah suatu zaman yang berkembang tersendiri, melainkan suatu hasil yang timbul pada zaman sebelumnya dan berkembang pesat pada zaman ini. Sebutan batu besar didasarkan pada ukuran batu-batu yang digunakan.
Megalitikum berasal dari dua kata yaitu mega yang berarti besar dan lythos yang mempunyai arti batu. Dengan demikian magalitikum adalah bangunan dari batu besar. Tradisi megalit ini ditandai dengan muncul dan ditemukannya bangunan atau batu besar sebagai situs bersejarah
Megalitikum (Kebudayaan batu besar) adalah kebudayaan yang menghasilkan benda-benda/bangunan-bangunan monumental yang terbuat dari batu-batu besar dan masif. Sedangkan maksud dari pembuatan benda-benda/pembangunan (pendirian) bangunan-bangunan monumental tersebut adalah sebagai sarana pemujaan atau penghormatan terhadap roh nenek moyang Herimanto (2019:61). Pada zaman megalitikum sendiri banyak menghasilkan bangunan-bangunan yang terbuat dari batu-batu besar yang merupakan juga hasil kebudayaan dari zaman ini. contoh dari peninggalan zaman ini yang masih banyak kita jumpai seperti menhir, dolmen, sarkofagus, waruga, punden-berundak, dan arca.
Situs peninggalan sejarah seperti situs megalitikum di dalamnya banyak terdapat benda-benda megalit yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah karena merupakan peninggalan dari masa prasejarah. Situs megalitikum sebagai sumber belajar bisa membangkitkan semangat dalam belajar karena kita dapat melihat dan berkunjung secara langsung pada benda-benda megalit tersebut. Jadi, peninggalan ini sangat cocok dijadikan sumber belajar sejarah.
Daerah Sulawesi Tengah adalah salah satu provinsi di Indonesia yang sangat banyak memiliki benda-benda peninggalan magalit seperti arca menhir, dolmen dan lain-lain yang merupakan bukti peninggalan sejarah dari zaman megalitikum dan sebagian besar terdapat di wilayah Sigi dan Poso. Situs-situs peninggalan sejarah ini mempunyai arti yang sangat penting dalam dunia pendidikan dan dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah terkhususnya.
Pada tahun 2018 kembali dilakukan Kajian Delineasi Kawasan Megalitik Lore Lindu oleh BPCB Gorontalo Direktorat Jendral Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. mulai dari bulan Juli sampai September tahun 2018 yang menghasilkan laporan bahwa secara kuantitas tinggalan arkeologis yang berhasil terindentifikasi sebanyak 2007 buah yang terdiri dari 26 jenis artefak yang ada pada 118 situs di empat kawasan berbeda. Lembah Bada terdapat 35 situs dengan tinggalan sebanyak 186 buah, 32 situs Lembah Behoa dengan jumlah tinggalan yaitu 825 buah, 29 situs Lembah Napu dengan tinggalan sebanyak 752 buah dan Lembah Palu serta Danau Lindu terdapat 22 situs dengan tinggalan sebanyak 244 buah.
Komentar
Posting Komentar